Sabtu, 21 Mei 2011

Right Now (NaNaNa) ~ Akon

It's been so long
that I haven't seen your face
Im tryna be strong
But the strength I have is washing away
It wont be long before i get you by my side
And just hold you, tease you, squeeze you till
I was fill all my mind

I wanna make up right now now now
I wanna make up right now now now
Wish we never broke up right now now now
we need to link up right now now now

I wanna make up right now now now
I wanna make up right now now now
Wish we never broke up right now now now
we need to link up right now now now

Girl I know mistake were made between us two
And we show our eyes that now even says somethings weren't true
watch you go and haven't seen my girl since then
why can it be the way it was
coz you were my homie lover friend

I wanna make up right now now now
I wanna make up right now now now
Wish we never broke up right now now now
we need to link up right now now now

I wanna make up right now now now
I wanna make up right now now now
Wish we never broke up right now now now
we need to link up right now now now

I can't lie
I miss you much
Watching everyday that goes by
I miss you much
Tell i get you back Im gone try
I miss you much
coz you are the apple in my eye
Girl I miss you much
I miss you much
I can't lie
I miss you much
Watching everyday that goes by
I miss you much
Tell i get you back I m gonna try
I miss you much
You are the apple in my eye
I miss you much
I miss you much

I wanna make up right now now now
I wanna make up right now now now
Wish we never broke up right now now now
we need to link up right now now now

I wanna make up right now now now
I wanna make up right now now now
Wish we never broke up right now now now
we need to link up right now now now

I want you to fly with me
want you to fly
I miss how you lie with me
miss I how you lie
jus wish you could dine with me
wish you could dine
the one that'll grind with me with me
said the one that'll grind with me

I want you to fly with me
want you to fly
I miss how you lie with me
miss I how you lie
I wish you could dine with me
wish you could dine
the one that'll grind with me with me
said the one that'll grind with me


I wanna make up right now now now
I wanna make up right now now now
Wish we never broke up right now now now
we need to link up right now now now

I wanna make up right now now now
I wanna make up right now now now
Wish we never broke up right now now now
we need to link up right now now now

Sosiologi Agama

Dalam sosiologi, agama dikaji sebagai suatu fakta sosial. Munculnya sosiologi agama di akhir abad 19 sebagai disiplin baru dari sosiologi adalah untuk melihat agama sebagai situs pengetahuan yang dikaji dari sudut pandang sosiologis. Sosiologi agama tidak hendak melihat bagaimana seseorang beragama, akan tetapi untuk memotret kehidupan beragama secara kolektif yang difokuskan kepada peran agama dalam mengembangkan atau menghambat eksistensi sebuah peradaban suatu masyarakt. Dan sejarah peradaban kemanusiaan selama berabad-abad memang tidak pernah sepi dari hiruk pikuk aktualisasi agama dan kepercayaan –dengan berbagai definisinya- yang khas dan diwujudkan dalam perilaku keseharian masyarakat.

Seorang sosilog terkemuka asal Perancis, Emile Durkheim, dalam Muhni (1994) mendefinisikan agama sebagai : Religion is an interdependent whole composed of beliefs and rites related to sacred things, unites adherents in a single community known as a Church (satu sistem yang terkait anatar kepercayaan dan praktek ritual yang berkaitan dengan hal-hal yang kudus, yang mampu menyatukan pengukutnya menjadi satu kesatuan masyarakat dalam satu norma keagamaan). Dari pengertian ini agama bisa dimaknai sebagai pembentuk formasi sosial yang menumbuhkan kolektifisme dalam satu komunitas masyarakat. Kesimpulan umum ini menjadi pijakan bagi para sosiolog agama dalam menjelaskan dimensi sosial agama dimana kekuatan kolektivisme agama dianggap telah mampu menyatukan banyak perbedaan antar individu dan golongan diantara pemeluknya. Di sini agama bisa dianggap mampu berperan dalam transformasi sosial menuju masyarakat yang membangun masyarakat secara kolektif.

Berbeda dengan pandangan di atas, Karl Marx memiliki pendapat yang agak sinis terhadap agama. Menurutnya agama tak lebih dari doktrin metafisik yang tidak material, dan hanya menitikberatkan pada orientasi pasca-kematian. Hal ini menurutnya agama telah dijadikan alat untuk membangun ”kesadaranpalsu” untuk mengalihan perhatian pemeluknya atas penderitaan nyata dan kesulitan dalam kehidupan mereka. Dalam memperkenalkan filsafat materialisme historisnya dalam kajian ideologi, Marx menjelaskan bahwa agama adalah imajinasi; atau lebih tepatnya khayalan yang melenakan. Agama menjadi suatu doktrin kepercayaan yang kerap digunakan sebagai alat legitimasi untuk mempertahankan hal-hal yang ada di dalam masyarakat sesuai dengan kepentingan para penindas.

Kritik Marx atas agama ini adalah refleksi dalam konteks zamannya dimana kekuatan agamawan pada waktu itu nyatanya tidak mampu menjadi penggerak atas struktur kapitalisme yang menindas masyarakat kelas bawah. Marx menyatakan agama mendukung dan melayani kepentingan tertentu yang terkait dengan dominasi kelas dan penundukan kelas Dia menyebutkan bahwa agama dari sudut sosialitasnya adalah rengekan golongan masyarakat yang tertindas. Agama tidak mamu menjadi alat perubahan dan perlawanan masyarakat miskin yang tertindas.

Psikologi Qurani

Dalam psikologi, mungkinkah seseorang dihakimi sebagai telah bertindak benar atau salah? Dalam logika mazhab behavioristik, suatu mazhab yang sedang mendominasi dunia pemikiran psikologi, jawabnya jelas: mustahil! Demikian juga dalam mazhab Freudian, mazhab yang juga masih berpengaruh luas. Jadi, bagaimana perbuatan korup, serakah, bermewah-ria, menindas dan mengeksploitasi manusia, berkhianat, iri-dengki, gila hormat, dan sejenisnya dapat dikatakan salah dan amoral dari perspektif keilmuan?

Behaviorisme
Nilai benar dan salah dalam asumsi psikologi behavioristik adalah sesuatu yang tidak memiliki dasar ilmiah. Karena itu, konsep benar dan salah sudah seharusnya disingkirkan dari wilayah studi tentang tingkah laku manusia.
Dalam pandangan psikologi ini, manusia tak ubah bagai lempung yang bentuknya sepenuhnya tergantung pada pengaruh lingkungan atau rentetan stimuli yang mengenainya. Maka mustahil perbuatan seseorang dapat dihakimi sebagai benar atau salah. Bukankah stimuli itulah yang menjadi sebab perbuatannya? Bukankah satu-satunya motivasi yang menggerakkan tingkah laku manusia tak lain dan tak bukan adalah penyesuaian diri dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya di sini dan kini (here and now)? Maka “benar” dan “salah” hanyalah nilai yang artifisial, hanyalah hasil belajar belaka. Dikemukakan oleh B.F. Skinner dalam bukunya, Beyond Freedom and Dignity (1975), bahwa apa yang dinamakan “benar” dan “salah” dalam tingkah laku bukanlah kebaikan atau kejahatan yang sesungguhnya, melainkan hanyalah hasil dari berbagai reinforcer positif maupun negatif, hadiah (reward) dan hukuman (punishment).
Tak pelak lagi, psikologi yang mendasarkan diri pada prinsip stimulus-response-reinforcement ini adalah psikologi yang memandang manusia laksana benda mati. Manusia tak memiliki kemauan dan kebebasan untuk menentukan tingkah lakunya sendiri. Manusia itu makhluk tak berjiwa.

Freudianisme
Serupa dengan behaviorisme adalah Freudianisme, mazhab yang lebih tua dari behaviorisme dan masih berpengaruh luas, yang menyatakan bahwa adalah insting yang bernama eros (insting hidup) dan tanatos (insting mati) yang menjadi penyebab dan landasan untuk menafsirkan segala tingkah laku manusia. Sedangkan nilai-nilai, demikian beberapa penulis kaum Freudian, tidak lain hanyalah mekanisme pertahanan diri, reaksi-reaksi formasi dan sublimasi-sublimasi. Dus, nilai-nilai tak memiliki dasar yang kokoh.
Di mata Sigmund Freud manusia adalah produk evolusi yang terjadi secara kebetulan. Dalam pandangannya, keberadaan manusia, kelahiran dan perkembangannya hanyalah sebagai akibat dari bekerjanya daya-daya kosmik terhadap benda-benda inorganik. Jadi, manusia hanya dipandang sebagai makhluk fisik, makhluk biologi. Ini suatu pemikiran yang jelas sangat dipengaruhi pemikiran Charles Darwin bahwa manusia tak lebih dan tak kurang hanyalah binatang.
Dalam kata-katanya sendiri, sebagaimana tertulis pada bukunya On Creativity and the Unconscious (1958). Freud menegaskan pendiriannya: Dalam gerak perkembangannya ke arah peradaban, manusia memperoleh posisi berkuasa atas sesama makhluk dalam kerajaan binatang. Tapi, tak cukup puas dengan superioritas ini, manusia mulai menciptakan jurang pemisah antara sifatnya dengan sifat makhluk lainnya. Ia menyangkal bahwa yang selain dirinya juga memiliki akal, sedang dirinya sendiri dipertautkan dengan suatu jiwa yang abadi, dan mengklaim dirinya bercitra Ilahi agar dapat memutuskan tali persamaan antara dirinya dengan kerajaan binatang… Kita tahu bahwa setengah abad lebih sedikit yang silam, penyelidikan-penyelidikan yang dilakukan oleh Charles Darwin dan para koleganya telah mengakhiri kecongkakan manusia ini. Sesungguhnya, manusia bukanlah makhluk yang berbeda apalagi lebih unggul daripada binatang…
Tak aneh jika, seperti dikatakan Frank G. Goble, selama karirnya Freud berusaha mereduksikan tingkah laku manusia ke dalam ukuran kimiawi dan fisik belaka. Model psikologi mekanistiknya menyembulkan kesimpulan bahwa kesadaran manusia semata-mata merupakan derivat dari proses materialisme, sama seperti teori kesadaran Marx. Ucapannya, bahwa pada waktu seorang manusia mulai bertanya mengenai apa tujuan hidupnya maka pada waktu itulah gangguan kejiwaannya muncul, menggambarkan betapa ia seorang materialis sejati. Dari situ mudah dipahami jika Freud menganggap konsep Tuhan sebagai delusi ciptaan manusia.
Alhasil, kedua mazhab Psikologi itu sama-sama deterministik. Manusia diasumsikan tak memiliki kebebasan untuk menentukan tingkah lakunya sendiri, sehingga mustahil manusia dapat dimintai pertanggungjawaban atas tindakan-tindakannya. Tak ada nilai benar dan salah karena bukan kemauan manusia sendiri yang menggerakkan tingkah lakunya. Sebagai makhluk yang keberadaannya di muka bumi ini hanyalah karena kebetulan, manusia tak perlu mempertanyakan tujuan dan makna hidupnya. Dengan demikian jelaslah, sekurang-kurangnya pada tataran filosofis, kedua mazhab psikologi ini bertentangan secara diametral dengan pandangan Islam, yang menegaskan keniscayaan tuntutan pertangungjawaban moral dari setiap tindakan manusia.

Psikologi Humanistik
Beruntunglah, dunia psikologi tidak sepenuhnya berisi paham psikologi nihilis seperti terurai di atas. Ada juga mazhab humanistik-eksistensialistik, atau yang dikenal juga sebagai Mazhab Ketiga, yang dalam banyak hal mendasar berbeda dengan kedua mazhab sebelumnya: Freudianisme dan behaviorisme. Mazhab ini memandang manusia sebagai makhluk unik yang mempunyai kemauan dan kebebasan. Ia dapat berbuat menurut kemauannya sendiri, dan ia memiliki kebebasan untuk memilih tindakannya, sehingga dengan demikian ia dapat dimintai pertanggungjawaban.
Abraham Maslow, salah seorang tokoh utama psikologi humanistik, sangat tidak menyetujui gagasan yang menyatakan studi tentang tingkah laku manusia harus mengesampingkan konsep tentang benar-salah. Memang salah satu aspek unik dari teori humanistik Maslow adalah keyakinan akan adanya nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral yang berlaku umum untuk seluruh umat manusia. Dan nilai-nilai itu menurut Maslow dapat dibuktikan secara ilmiah. Jika psikologi menolak nilai-nilai moral, ujarnya, bukan saja akan memperlemah dan menghalangi pertumbuhannya, malainkan juga berarti menyerahkan nasib umat manusia pada supernaturalisme atau relativisme moral. Dan dengan begitu, orang-orang seperti Adolf Eichmann dan Hitler atau penjahat-penjahat kemanusiaan lainnya, tak bisa dikatakan melakukan kejahatan. Karena sepanjang menyangkut pribadi mereka, tak ada masalah; mereka telah berbuat efektif dan efisien.

Sean Kingston ft Justin Bieber – Eenie Meenie

[Sean Kingston]
Eenie meenie miney mo
Catch a bad chick by her toe
If she holla (if, if, if she holla) let her go

She’s indecisive
She cant decide
She keeps on lookin
From left to right

Girl, cmon get closer
Look in my eyes
Searchin is so wrong
Im Mr. Right

You seem like the type
To love em and leave em
And disappear right after this song.
So give me the night
To show you, hold you
Dont leave me out here dancin alone

You cant make up your mind, mind, mind, mind, mind
Please dont waste my time, time, time, time, time
Im not tryin to rewind, wind, wind, wind, wind
I wish our hearts could come together as one

Cause shorty is a eenie meenie miney mo lova
Shorty is a eenie meenie miney mo lova
Shorty is a eenie meenie miney mo lova
Shorty is a eenie meenie miney mo lova

[Justin Bieber]
Let me show you what your missin
Paradise
With me you’re winning girl
You don’t have to roll the dice
Justin Bieber Eenie Meenie
Tell me what you’re really here for
Them other guys?
I can see right through ya

You seem like the type
To love em and leave em
And disappear right after the song.
So give me the night
To show you, hold you
Dont leave me out here dancin alone

Cant make up your mind
Please dont waste my time
Not tryin to rewind
I wish our hearts could come together as one

Cause shorty is a eenie meenie miney mo lova
Shorty is a eenie meenie miney mo lova
Shorty is a eenie meenie miney mo lova
Shorty is a eenie meenie miney mo lova

[Sean Kingston]
Eenie meenie miney moe
Catch a bad chick by her toe
If she holla (if, if, if she holla) let her go
Eenie meenie miney moe
Catch a bad chick by her toe
If she holla (if, if, if she holla) let her go

Shorty is a eenie meenie miney mo lova
Shorty is a eenie meenie miney mo lova
Shorty is a eenie meenie miney mo lova
Shorty is a eenie meenie miney mo lova

Cant make up your mind
Please dont waste my time
Not tryin to rewind
I wish our hearts could come together as one
(repeat)
[End]

Jumat, 20 Mei 2011

Demokrasi, Dinamika Islam, serta Islam dan Negara

LIMA puluh tahun setelah Haji Agus Salim meninggal, November 1954, banyak dari pemikirannya yang masih relevan dengan soal-soal yang sekarang membelit bangsa Indonesia. Penerbitan ceramahnya tentang Islam di Universitas Cornell (1953) pada tahun ini oleh perguruan tinggi papan atas Amerika Serikat dan pernah jadi pusat kajian terbaik tentang Indonesia yang berada di Ithaca itu menambah satu lagi atribut bagi Bapak Bangsa ini: perintis pemikiran neomodernisme Islam di Indonesia. Yang lazim dianggap Sang Pemula dalam neomodernisme Islam di sini adalah nama-nama yang lahir kemudian: Nurcholish Madjid, Djohan Effendi, Ahmad Wahib, dan Abdurrahman Wahid. EMIL Salim, ekonom dan pembicara dalam diskusi Kompas kali ini, meringkus tiga hal dari pemikiran Agus Salim yang beresonansi dengan: kehidupan partai di Indonesia yang sampai saat ini tidak beranjak dari keadaan di tahun 1950-an dan pemikiran neomodernisme Islam yang kini digagaskan tokoh muda dalam gerakan Islam liberal di Indonesia, seperti Ulil Abshar-Abdalla, Luthfi Assyaukanie, Hamid Basyaib, dan Ahmad Sahal.Bukan sebaliknya, seperti yang saat itu-anehnya, masih berjalan sampai sekarang-berlangsung di PSII maupun partai lain: para pemimpin partai selalu menggunakan dalih disiplin partai untuk memecat anggota yang ingkar terhadap keputusan pucuk pemimpin tanpa mengindahkan hak anggota menyatakan pendapat dan aspirasi. Agus Salim berpendapat, dalam negara demokratis, faham politik mesti disiarkan di kalangan rakyat. Untuk menampung berbagai ragam faham ini, partai berlaku sebagai pelopor mewujudkan cita-cita rakyat. tas pertimbangan itu, Agus Salim merasa lebih tepat berada di luar struktur kehidupan partai supaya lebih leluasa mengusahakan pencerahan masyarakat lewat pemahaman Islam dan pengembangan kehidupan demokrasi bangsa. Sudah sejak dasawarsa 1930-an, ketika aktif terjun dalam gerakan politik, ujung tombak kegiatannya mengutamakan pemberdayaan rakyat kecil. Ketika ia dipisahkan dari Partai Syarikat Islam dan membentuk Partai Penyadar (1936), misi partai adalah menyadarkan umat manusia berpegang teguh pada Al Quran dan sunah Rasul, memberdayakan kelompok masyarakat untuk membangkitkan kemampuannya melalui Persatuan Pedagang Pasar, Persatuan Sopir Oplet, Perkumpulan Buruh Batik, dan seterusnya. Pemimpin seperti itu di Indonesia sekarang, menurut Emil, sangat langka sebab yang terjadi: orang berusaha memperkenalkan Islam bukan dengan menaikkan Islam, tetapi dengan menurunkan atau menjatuhkan agama lain. "Saya tidak mengerti kenapa kalau menghadiri ceramah saya selalu dititipi pesan tak boleh kasih salam kepada orang Kristen. Itu omong kosong," kata Emil. "Tidak akan muncul sikap seperti itu dari seorang Agus Salim

Senin, 16 Mei 2011

NASIONALISME KIAI

Suburnya benih-benih disintegrasi bangsa disebabkan oleh hilangnya kecintaan terhadap tanah air. Retaknya persahabatan dan persaudaraan atas nama bangsa lahir karena dilatarbelakangi perbedaan faktor kepentingan golongan, kedaerahan, dan kepentingan politik tertentu. Adanya saling tuding menuding bahwa daerahnya adalah yang terbaik sedangkan daerah lain tidak disebabkan oleh pupusnya sikap toleransi dan solidaritas antar sesama atas nama bangsa.

Hal-hal sedemikian itu kemudian muncul, berkembang dan menjadi pemicu kuat konflik-konflik yang berekor pada peperangan sesaudara dan sebangsa karena sudah tidak tertanam lagi nasionalisme kebangsaan. Ini sangat jelas merupakan sebuah ironi. Indonesia dengan keragaman dan keberbedaan yang cukup luas seperti agama, ras, suku, etnis dan begitu seterusnya selalu menjadi penghalang bagi bersatunya bangsa Indonesia atas nama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Justru, hal itu harus menjadi perekat bersama. Persoalannya menjadi rumit ketika dimunculkan sebuah pertanyaan ”siapakah yang harus disalahkan dalam permasalahan ini?” Siapapun tidak bisa disalahkan akan tetapi perlu dicari akar persoalannya dan ditemukan pemecahannya secara komprehensif serta holistik. Buku ini cukup mendetail berbicara tentang mengapa rakyat Indonesia kemudian terpetak-petak dan kemudian ingin memisahkan dirinya dari NKRI? Buku ini sebetulnya merupakan disertasi Ali Maschan Moesa yang mengupas banyak gagasan nasionalisme kiai dalam konteks berbangsa dan bernegara Indonesia.

Yang pasti, disintegrasi bangsa disebabkan tidak adanya pemerataan ekonomi, keadilan hukum yang terjarah oleh kepentingan kelompok dominan, penindasan sebuah kelompok minoritas terhadap kelompok mayoritas. Minoritas di sini adalah golongan elit lapis atas yang memiliki kekuasaan secara politik sehingga sangat mudah untuk melakukan eksploitasi terhadap mayoritas; kelompok miskin dan tak berdaya.

Tak hanya itu saja, potensi disintegrasi bangsa disebabkan oleh pudarnya kekompakan antara elit pusat dan daerah dalam rangka membangun sinergisitas kepimimpinan. Pusat terlalu mendikte dan daerah tidak diberi peran mengelola daerahnya sama sekali. Celakanya lagi, agama pun turut memberikan sumbangan cukup signifikan terhadap persoalan tersebut. Agama selalu dijadikan alat legitimasi dan pembenar atas munculnya disintegrasi bangsa tersebut karena Indonesia bukan negara Islam. Padahal bila menggunakan Islam sebagai dasar hukum dalam berbangsa dan bernegara, ini meniscayakan bahwa Indonesia akan aman, adil, makmur dan begitu seterusnya.

Pendapat ini muncul dari beberapa orang yang mau menjadikan Islam sebagai dasar negara republik Indonesia. Tepatkah tawaran itu? Bukan sebuah jaminan bahwa menjadikan Islam sebagai dasar negara akan baik. Justru para kiai dalam konteks ini sangat menolak secara absolut. Sebab Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan dasar hukumnya; Pancasila dan UUD 1945 merupakan harga mati sekaligus tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Membongkar dasar negara dan diganti dengan yang lain sangat membuka peluang besar ambruknya bangunan NKRI. Para kiai mengatakan, formalisasi Islam dalam NKRI bukan zamannya lagi. Mengambil substansi nilai-nilai Islam dalam konteks berbangsa dan bernegara Indonesia adalah sebuah pilihan politik yang cerdas. Sebab bangsa Indonesia tidak hanya dihuni oleh umat Islam, namun umat agama-agama lain juga ada.

Dalam pandangan para kiai, nasionalisme tidak harus dasarkan pada agama tertentu seperti Islam, yang disebut ukhuwah wathaniyah. Nasionalisme itu lahir dan menjadi paradigma berpkir, bersikap serta bertindak rakyat Indonesia ketika hal itu digali dan diambil dari konteks kehidupan berbangsa sekaligus bernegara Indonesia itu sendiri.

Jumat, 06 Mei 2011

SEJARAH KOTA GRESIK

            Gresik sudah dkenal sejak abad ke-11 ketika tumbuh menjadi pusat perdagangan tidak saja antar pulau, tetapi sudah meluas keberbagai Negara. Sebaga kota Bandar, Gresik banyak dikunjungi pedagang Cina, Arab, Gujarat, Kalkuta, Siam, Benggali, Campa dan lain-lain. Gresik mulai tampil menonjol dalam peraturan sejarah sejak berkembangnya agama Islam di tanah Jawa. Pembawa dan penyebar agama islam tersebut tidak lain adalah Syech Maulana Malik Ibrahim yang bersama-sama Fatimah Binti Maimun masuk ke Gresik pada awal abad ke-11.
            Sejak lahir dan berkembangnya kota Gresk selain berawal dari masuknya agama Islam yang kemudian menyebar keseluruh pulau Jawa, tidak terlepas dari nama Nyai Ageng Penatih, dari janda Kaya Raya, yang juga seorang syahbandar, inilah nantinya akan kita temukan nama seseorang yang kemudian menjadi tonggak sejarah berdirinya kota Gresik.
Dia adalah seorang bayi asal Blambangan (Kabupaten Banyuwangi) yang dbuang ke laut oleh orang tuanya. Dan ditemukan oleh para pelaut anak buah Nyai Ageng Pinatih yang kemudian diberi nama Jaka Samudra. Setelah perjaka bergelar Raden Paku yang kemudian menjadi penguasa pemerintahan yang berpusat di Giri Kedaton, dari tempat inilah beliau kemudian dikenal dengan panggilan Sunan Giri. Kalau Syech Maulana Malik Ibrahim pada jamannya dianggap sebagai para penguasa, tiang para raja dan menteri, maka Sunan Giri disamping kedudukannya sebagai seorang Sunan atau Wali (penyebar agama Islam) juga dianggap sebagai Sultan/Prabu (penguasa pemerintahan)
               Sunan Giri dikenal menjadi salah satu tokoh Wali Songo ini, juga dikenal dengan prabu Satmoto atau Sultan Aiun Yaqin. Tahun dimana beliau dinobatkan sebagai penguasa pemerintahan (1487 M) akhirnya dijadikan sebagai hari lahirnya kota Gresik. Beliau memerintah gresik selama 30 tahun dan dilanjutkan oleh keturunanya sampai kurang lebih 200 tahun.
               Menjabat sebagai bupati yang pertama adalah Kyai Ngabehi Tumenggung Poesponegoro pada tahun 1617 saka, yang jasadnya dimakamkan di komplek makan Poesponegoro di Jalan Pahlawan Gresik, satu komplek dengan makam Syech Maulana Malik Ibrahim.
Semula kabupaten ini bernama Kabupaten Surabaya. Memasuki dilaksanakannya PP Nomor 38 Tahun 1974, seluruh kegiatan pemerintahan mulai berangsur-angsur dipindahkan ke Gresik dan namanya kemudian berganti dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Gresik dengan pusat kegiatan di kota Gresik
                Kabupaten Gresik yang merupakan sub wilayah pengembangan bagian (SWPB) tidak terlepas dari kegiatan sub wilayah pengembangan Gerbang Kertosusilo (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan). Termasuk salah satu bagian dari 9 sub wilayah pengembangan Jawa Timur yang kegiatannya diarahkan pada sektor pertanian, industri, perdagangan, maritim, pendidikan dan industri wisata.
Dengan ditetapkannya Gresik sebagai bagian salah satu wilayah pengembangan Gerbangkertosusilo dan juga sebagai wilayah industri, maka kota Gresik menjadi lebih terkenal dan termashur, tidak saja di persada nusantara, tapi juga ke seluruh dunia yang di tandai denganmunculnya industri multi modern yang patut dibanggakan bangsa Indonesia